Senin, 18 September 2017

Masih Waras ?

Masih Waras ?


Menjadi seorang ibu memang memiliki cerita dan tantangan tersendiri. Dimana tantangan itu akan menjadikan dan meletakkanmu di level dimana seharusnya kau berada. Saat berada di tengah-tengan tantangan itu maka sepatutnya tetap menjaga fokus dan konsentrasi sebaik mungkin. Agar apa yang menjadi GOAL segera terapai dengan tanpa rasa paksaan dan penyesalan.

Beberapa ibu mungkin pernah bertanya masih waraskah saya ? Dengan segala kesibukan dan aktifitas yang bahkan tak pernah ada hentinya. Dengan semua kesibukan yang menjadikan lupa tentang bagaimana rasanya lari pagi sambil terus memandang ke depan. Jika memang ada, berarti saya memang salah satu orang tersebut. Salah satu ibu yang sering bertanya, masih waraskah saya?

Satu pribadi yang harus berada di luar rumah, tanpa banyak melihat tumbuh kembang dua putri kecil yang sedang belajar menahan terpaan badai kehidupan. Meninggalkan rumah yang harusnya penuh dengan suasana pendidikan anak. Meninggalkan lingkungan yang benar-benar haus akan sosok seorang manusia yang mengurusnya. Dan yang kutahu hanyalah pergi pagi pulang sore. Maam Bang Toyib.
masih waras ?

Menulis kadang menjadi keinginan yang sulit digapai, apalagi saat melihat salah satu putri kecil tak berdaya karena Sakit yanng dideritanya. Tapi kusadar, menjaga kewarasan bukanlah pilihan. Itu merupakan keharusan. Dan tidak boleh ada lagi pertanyaan "Masih waraskah saya?" Karena Kewarasan itu akan tetap ada dalam diri. Dan menulis adalah salah satu cara menjaganya.

Masih Waras ?
Catatan Cinta Bunda
Baca selengkapnya » 2 komentar

Minggu, 29 Januari 2017

Ke Pantai Lagi

Ke Pantai Lagi


Hidup di Kampung dengan segala hiruk pikuk yang kubuat sendiri dalam hati memang terkadang membuat  lupa diri. Apalagi ditambah kegiatan gak karuan dengan seluruh peraturan mematikan yang tanpa mengenal perasaan. Dan juga keinginan hidup yang disertai kesenangan tak kunjung padam. Bisa menjadikan diri ini hamba yang tak tahu kata peduli.

Penat terus berada di balik layar, bosan dengan semua pekerjaan, ada baiknya kita ke pantai lagi. Entah berapa lama tak merasakan suasana ini, suasana Pantai dengan hanya duduk, main dan makan. Dua tahun lalu mungkin. Saat ayah memberikan kado ulang tahun denganpergi ke pantai, itu terakhir kali rasa ini ada. Dan rasa ini pun datang kembali.

Turun gunung dengan si Biru yang tak bosan menemani, walau tak begitu yakin, akhirnya kami pergi menyusuri gunung melewati lembah mencari pantai. Berada di bagian Selatan Tasikmalaya memangkami lebih dekat ke wilayah laut dari pada perkotaan, dan laut selalu jadi destinasi ngopi yang terbaik saat rumput odot yang kami semai mulai menunjukkan taringnya.

Bersama Si Sulung yang sedikit sepicles diajak jalan ke pantai lagi. Dengan hanya membawa tas ransel kecil kami pergi menuju Sindang Kerta. Tempat yang ramah bagi Si Sulung untuk bermain, dan juga bagi kami untuk duduk berdua memperhatikan. Menyelusuri jalan masuk yang paling ujung dan tanpa penjagaan, Ayah mulai membelokkan motor. Namun, ternyata dua orang dengan papan nama di bajunya siap dengan kartu karcisnya di sana.

"Punten Pak, Sapuluh Rebu"
Agak kaget juga saya.
Si Ayah pura-pura memperhatikan ombak laut sambil bertanya "ieu, Sindang Kerta nya? Ombakna tinggi euy, gak bisa buat berenang" Dan langsung membalikkan Motornya sambil berseru "teu jadi asup Kang"
Kutahan tawaku.
ke pantai lagi
ngopi heula

Rehat sejenak di warung kopi, sambil sedikit merasakan rasa pegal rengekan Sulung yang ingin main pasir terus terdengar. Berfikir untuk masuk, biar lah sepuluh ribu, yang penting Sulung senang.

Sampai di depan gerbang, mendekati gerobak es krim puter yang ada di sana, memesan dua es di atas roti dengan harga empat ribu rupiah yang manis di lidah. Bercerita tentang Acara Latihan Manasik Haji yang Sulung lakukan beberapa bulan lalu tepat di Lapangan di depan kami. Kendaraan masuk ke area pantai dengan membayar karcis yang bahkan bisa lebih dari sepuluh ribu, yang lainnya keluar tanpa harus memperlihatkan kembali karcis itu.

"Bun, naik cepet" ajak Ayah. Dan kami pun masuk ke area pantai tanpa ada karcis penjaga. Kosong.

"Karcis masuknya empat ribu bun, dapet es krim gratis lagi" Canda Ayah saat kami duduk berdua sambil memperhatikan Si Sulung yang sibuk dengan pasirnya.

ke pantai lagi

Catatan Cinta Bunda
Ke Pantai Lagi
Baca selengkapnya » 0 komentar

Outdoor atau Indoor

Outdoor atau Indoor



Menjadi seorang ibu rumah tangga memang tidak boleh sakit. Tapi yang paling penting adalah TIDAK BOLEH MALAS. Bagaimana pun mood yang kau miliki, bagaimana keinginanmu yang belum terpenuhi, semua pekerjaan rumah selalu setia untuk dikerjakan. Dari mulai depan rumah yang selalu terlihat jelas oleh tetangga hingga belakang rumah yang hanya bisa dilihat oleh dedaunan yang jatuh dan rumput liar.


Memilih melakukan semua pekerjaan rumah sendiri tanpa bantuan orang lain adalah hal yang bisa mendewasakan dan merajinkan diri saya pribadi. Namun memanage waktu, tenaga dan pikiran untuk melakukan semua hal itu adalah hal yang pastinya agak sulit dilakukan oleh orang malas seperti saya. Peace.......

Pekerjaan rumah Indoor ataupun outdoor sepenuhnya tanggungjawab saya. Memilih waktu yang tepat untuk mengerjakannya memerlukan keberanian dan tekad yang tinggi. Pekerjaan Indoor lebih nyaman saya lakukan di pagi hari, saat matahari masih malu memeprlihatkan dirinya dan saat suasana sepi memenuhi alam yang setengah ngantuk. Sedangkan semua pekerjaan Outdoor lebih suka saya lakukan saat matahari mulai memberanikan diri menyapa baju-baju yang sudah tergantung di jemuran. Memberikan sedikit keringat untuk saya yang baru selesai dengan cangkir kopi pertama saat menjelang siang hari. Menyapa siapapun yang lalu lalang sambil sesekali memanggil Eca yang sudah asik dengan teman berbulunya.

Tak pernah ada target yang saya terapkan untuk jam selesai semua pekerjaan. Tak pernah juga memaksakan semua pekerjaan selesai dengan cepat. Karena hidup hanya sekali, jangan lupa untuk ngopi lagi.
Ah... itu hanya alasan saya.

Outdoor atau Indoor
Catatan Cinta Bunda
Baca selengkapnya » 0 komentar

Selasa, 18 Oktober 2016

Gaya Bahasa

Gaya Bahasa


Tulisan kali ini memiliki Judul yang agak Gaya. Karena memang sudah lama tidak posting dan biar kekinian aja gituhhh  *peace. Tapi aku masih tetap aku yang dulu dengan gaya tulisan yang teu pararuguh

Bekerja di tempat sebagai kelompok minoritas, terkadang menjadi hal yang agak horor gituh, terkadang hal-hal kecil bisa menjadi masalah. Hal komunikasi merupakan hal yang utama dan paling penting untuk diperhatikan. Salah dalam hal komunikasi bisa menjadi awal bencana yang lumayan berharga. Sebagai seorang wanita, kemampuan yang selalu diuji, kecepatan yang harus dilatih, kecerdasan dan kemandirian yang selalu dipertanyakan. Semuanya harus dijadikan tantangan yang benar-benar bisa jadi pelajaran. Dan mempelajari gaya bahasa yang ada merupakan suatu keharusan yang mutlak. Salah sedikit saja, bisa diartikan hal lain. Terutama, aku yang memang sudah dari sananya notabene anak manja, nada bicara dan gaya bahasa yang tentu jauh berbeda dengan teman satu tim.

Satu pengalaman, saat jam pulang sudah berdetak, dan kerjaan hari itu memang sudah selesai. Tapi teman-teman masih asik dengan pekerjaan mereka, kutunggu satu jam, tak juga selesai mereka. Akhirnya kuputuskan untuk pulang lebih dulu. "Pak, aku duluan ya" Entah kenapa salah satu dari mereka berhenti dari pekerjaannya dan menengok tepat ke arahku. "ada apa Pak?" Sambil senyum-senyum dan kembali menghadap monitor si Bapak bilang "Ah, si Ibu kayak mo ke kamar aja segala pake duluan".

Hohohoho.....
Langsung ngacir deh tanpa pamit dan berkata apa-apa lagi. Ternyata Gaya Bahasa dan arti kata bagi laki-laki dan perempuan itu bisa benar-benar berbeda.
Kapok pamitan dengan cara gitu lagi.

gaya bahasa

Gaya Bahasa
Catatan Cinta Bunda
Baca selengkapnya » 1 komentar

Kamis, 30 Juni 2016

The Wedding

The Wedding


Setiap orang pasti ingin yang terbaik dalam kehidupannya. Bagaimana pun alur yang dihadapinya saat ini ia pasti ingin sesuatu yang lebih baik di akhir nanti.
Salah satu hal yang dinanti dan diimpikan oleh sebagian orang adalah The Wedding. Hari dimana dua anak manuasia memulai sesi baru dalam kehidupan mereka. Entah itu dimulai dengan sesuatu yang bahagia, karena telah mempersiapkannya jauh-jauh hari. Atau dimulai dengan hutang demi gengsi dan bisa juga dengan membobol sisa tabungan yang ada.

Namun, apapun itu setiap pasangan harus bersiap menghadapi jalan yang akan mereka tempuh. Entah itu akan berjalan manis berbalut terjal kerikil kecil ataupun pahit yang harus ditanggung bersama. Lelaki dengan iman dan tanggungjawab pasti tau kemana akan mengarahkan kapalnya.

The Wedding

The Wedding

Semoga dengan The Wedding ini, kau akan semakin menjadi pribadi yang lebih baik.
Baca selengkapnya » 0 komentar

Minggu, 06 Desember 2015

hidung

Hidung

"Maaf ya, masih belum boleh nonton film ini. Cari yang lain saja". Kubalikkan tubuhku dan terpaksa pergi.
Sial,
Aku lupa mengelap ingusku. Pantas saja penjaga teater itu mengusirku.
Baca selengkapnya » 0 komentar

Catatan Cinta Bunda Zia